Kumpulan Peribahasa & Pepatah JAWA

Peribahasa:
  1. nyolong pethek = nggak cocok dgn apa ygdi harapkan.
    kepara kepere = tdk adil (berbagi).
    criwis cawis= banyak bicara tp cekatan dlm bekerja.
    keplok ora tombok = merasakan kesenangan tanpa keluar biaya.
    yitna yuwana,lena kena = yg hati2 akanselamat,yg ceroboh akan celaka.
    busuk ketekuk,pinter keblinger = yg pintar dan yg bodoh sama2 celaka.
    jalukan ora wewehan = mau minta tp tak mau memberi.
    welas tanpa alis= karena saking dermawannya jd sengsara sendiri (derma yg berlebihan tanpa mengukur kemampuan sendiri).
    kerot tanpa untu = kemauan banyak tapi tdk punya kekuatan.
    anakpolah bapa kepradah = orang tua yg slalu menuruti keinginan sang anak.
    Nabok nyilih tangan = menyuruh orang untuk mencelakai orang laen.
    suduk gunting tatu loro =mendapat kesedihan rangkap.
    ora ganja ora unus = orangnya jelek,kelakuannya jg jelek.
    nututi layangan pedhot =berusaha mengembalikan situasi yg sudah semrawut.
    idu di dilatmaneh = mengingkari janji sendiri.
    ngubak ubak banyu bening = membuat keonaran di tmpt yg damai.
    mban cindhe,mban siladan = pilih kasih (nggak adil).
    dudu berase di tempurake = memberi komentar tp di luar permasalan yg sedang di bahas.
    adol lenga kari busike = yg membagi justru gak kebagian jatah.
    ora mambu enthong irus= tidak kelihatan kalau bersaudara.
Pepatah:
  1. Wong jowo ilang jawane, bisa dibilang bahwa orang jawa yang sudah tidak tahu atau paham tentang budayanya (budaya jawa). ngaku orang jawa, tapi tingkah lakunya tidak mencerminkan bahwa dia adalah oarang jawa yang konon katanya memiliki sopan santun, ramah, dll.
  2. Becik ketitik ala ketara, artinya bahwa setiap perbuatan yang dilakukan pasti akan kelihatan. baik buruk suatu perbuatan orang, pasti orang lain juga akan tahu.
  3. Jer basuki mawa beya, memiliki arti bahwa dalam setiap melakukan suatu pekerjaan harus dilakukan dengan upaya. suatu cita-cita agar tercapai harus diusahakan dengan biaya, kerja keras dan pengorbanan.
  4. Ing ngarso sung tuladha, tut wuri handayani, ing madya mangun karso merupakan filosofi pada era ki hajar dewantara saat di taman siswa yang tetap berlaku sampai sekarang. tidak hanya digunakan sebagai filosofi pendidikan saja, tapi dalam kehidupan sehari-hari juga. Ing ngarso sung tuladha berarti bahwa yang didepan harus memberi contoh yang di belakang. seorang pemimpin harus memberikan teladan yang baik pada bawahannya.

Comments

Popular posts from this blog

Operasi dan Gerbang Logika (LOGIKA INFORMATIKA)

Respirometer Sederhana